Langsung ke konten utama

M.

 M. Haruskah ku beritahu banyak kata yang masih melekat dalam benakku? Agar kau mau mengerti ..., agar kau kembali ....

Selama ini, ku gunakan nama M disini. Bukan kuambil dari nama aslimu. Seperti yang kubilang "samar-samar," "M" punya nama panjangnya.

Ah ..., sudah terhitung banyak waktu ku disini. Mungkin hampir 5 bulan sebelum kita berpisah, dan hampir 3 bulan sesudah kita berakhir.

Iya, akhir. Aku menyerah ....

Untuk mengejar, berlari, berpelukan, bergandengan, bersamamu, di masa depan.

Tapi jauh di sana ..., aku ingat "kita". Selalu.

Akan tetapi ku tulis dirimu, jika ku mengingat kisah ini lagi.

Saat waktunya tiba, entah baik atau buruk. Semoga diberikan waktu yang cukup untuk menyadari, berubah, kembali, dan bersama. Lagi.

Selamat malam, Mono.

Mono ;  satu ; tunggal.

Mono. Untuk dirimu yang melakukan banyak hal pertama denganku, untuk diriku yang banyak melakukan hal pertama denganmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam, M.

M. Malam berbisik padaku samar-samar. Bahkan untuk sebuah nama, yang terlambat disampaikan ke pemiliknya. Sungguh, aku menyesalinya. Ego yang tumbuh dulu, kini semakin tunduk ke bumi, bahkan hampir mengubur dirinya. Sialnya, dia tak juga kembali untuk memberikan secercah cahaya maupun setitik air. Ah ..., ingin ku ulang. Namun banyak angin yang berhembus kencang, ranting yang berjatuhan, daun yang berguguran. Banyak kata yang telah kusampaikan lewat mereka. Tapi M ..., tidakkah kau paham ini semua? Dari derasnya hujan yang kau lewati, jalanan yang terasa panjang dan melelahkan, angin yang berhembus padamu?  Gila, semua terasa berbeda. Temu ku bukan lagi air yang kau telan saat dahaga. Bukan pula pohon saat kau berteduh. Sial, sungguh sial. 30 Mei 2025, K.

M, ini lucu

Wkwk. Sepertinya memang lucu. Dari banyak kata yang ku tulis dalam suratmu, harusnya bisa masuk paham mu.. Dan bayangan itu, harusnya tak menerka apa yang kulakukan. Paling tahu isi suratmu, padahal hanya aku dan bayanganmu yang tau. Sial, semoga menjauh. Tertanda K.

M, kemana?

Judulnya, seperti tanyaku pada tiap malam, pada tiap sepi, pada angin yang melewati ku. Tanya yang mungkin tak akan pernah terjawab pasti, padahal diri ini siap menerima apapun hujannya. Ah ..., mungkin memang bodoh saja. Kata mereka, bertemulah. Pikirku ..., andai semudah mengucap maaf tanpa merubah pikirnya, mungkin sudah ratusan kali ku temuinya. Perlukah ku berlari lagi setelah sekian purnama yang melintas di hari yang sepi ini? Tolong. Jawab aku. Dalam batinmu yang terkungkung kedinginan. Tertanda  K.